Ada
rasa takut bercampur dengan penasaran. Rumah
apa ini? Nio pun mencoba menyusuri rumah ini dengan pelan-pelan. Dari yang
ia lihat, rumah ini tidak ditinggali oleh seseorang, atau seseorang itu telah
pergi lama dari rumah ini. Terlihat banyak debu yang menutupi lantai dan
dinding rumah ini.
Sekarang
Nio berdiri di depan pintu. Ia harap ini pintu menuju rumah kakeknya. Nio
membukanya dengan penuh harapan. Namun lagi-lagi nihil. Terlihat kasur dan
lemari di dalam pintu ini.
Nio
kembali memutar badan menuju jendela. Ia membuka gorden jendela masih dengan
harapan kembali ke rumah kakeknya. Namun lagi-lagi, dan lagi hasilnya tidak
sesuai harapan. Pemandangan hutan dengan pohon yang menjulang tinggilah yang
Nio dapatkan setelah membuka gorden jendela itu.
Nio
segera keluar rumah dengan terburu-buru untuk melihat area di sekitar rumah. Ia
punya satu kemungkinan tentang kejadian ini. Sebuah kemungkinan yang mustahil.
Setelah melangkahkan kaki keluar dari rumah sejarak satu meter, Nio sungguh
tidak percaya. Hutan yang masih asri, lebat dan sepertinya belum terjamah oleh
pencemaran. Hutan dimana yang seperti ini? Sementara di tempat tinggalnya tidak
ada hutan yang seperti ini. Kemungkinan yang ia pikir pun akhirnya menjawab
semua kejadian ini.
“Apakah
aku berada di dunia paralel?”
***
Setelah
berjalan cukup jauh dari rumah tadi, Nio tiba di tebing. Ya, di belakang rumah
tadi itu adalah gunung yang mungkin tidak jauh dari sini. Tebing ini tidak
terlalu tinggi. Lebih tepatnya disebut sebagai bukit. di bawah sana, dapat
terlihat beberapa bangunan seperti kota.
“Apa
itu kota?” Tanya Nio pada diri sendiri.
Nio
berniat ke kota itu, namun ia harus mencari jalan yang tidak berbahaya. “Pasti
ada jalan di sekitar sini,” ucap Nio.
Tanpa
lama, Nio menemukan jalan yang aman untuk dilewati. Tetapi secara bersamaan, ia
melihat beberapa orang yang sedang berjalan dengan kereta kerajaan di tengah
nya. Nio kembali ke semak-semak untuk menunggu rombongan itu lewat.
Dari
pakaiannya, itu terlihat seperti prajurit pengawal. Mungkin mereka sedang mengawal
Raja yang ada di kereta itu? Entah lah. Rombongan itu lewat tanpa menyadari
keberadaan Nio.
“ARRGGHH!!”
Nio
terkejut mendengar suara teriakan itu. Apa
itu? Sepertinya berasal dari rombongan yang tadi. Dengan cepat, Nio
mengintip kembali ke rombongan itu. Dan benar saja. Ia tambah terkejut melihat
itu. Seorang pengawal yang paling belakang sudah terkapar di jalanan dengan
darah di sekelilingnya. Para pengawal yang lain langsung berjaga di sekeliling
kereta kerajaan itu dengan cepat.
Tak
lama, ada sekelompok orang yang datang secara tiba-tiba mengepung para pengawal
itu. Mereka semua terkepung. Kelompok itu terlihat seperti prajurit. Namun
entah prajurit apa. Mereka semua mulai bertarung dengan senjata masing-masing.
Pemandangan yang sangat baru di mata Nio. Aku melihat banyak orang yang
tertebas pedang di badannya. Darah muncrat dan mengalir dimana-mana. Beberapa
pengawal terlihat tumbang dan sudah tidak bernyawa.
Walaupun
sedikit jauh dari tempat Nio, pemuda itu mematung di semak-semak. Rasa takut
dan ngeri berada di semua tubuhnya. Ia tidak bisa bergerak dan hanya
menyaksikan kekalahan pengawal itu.
Suara
adu senjata masih terjadi. Nio melihat seseorang yang sepertinya bukan dari
kedua pasukan itu muncul dari arah seberang jalan. Seseorang bertudung itu mulai
menyerang prajurit yang menyerang pengawal tadi. Satu persatu prajurit itu
mulai tumbang di tebas oleh orang itu.
Salah
satu pengawal yang sedang bertarung dibuat mental oleh prajurit itu. Pengawal
itu di tendang dengan sekuat tenaga sampai akhirnya ia terjatuh tepat ke arah
Nio.
Mau
tidak mau, Nio langsung keluar dari semak-semak dan menolong pengawal itu. Ia
segera menyandarkannya di balik pohon.
“Bertahan,
Pak!”
Pengawal
itu mendapat luka tebasan di tangan kanannya. Cukup dalam lukanya. Dengan keberanian
yang Nio miliki, ia membantu pengawal itu melepaskan zirah; bajunya ia
pergunakan untuk mengikat luka itu agar pendarahannya terhenti.
“K-kau..?”
ucap pengawal itu sambil menatap lekat ke arah Nio.
“Kena—”
belum sempat membalas ucapan pengawal itu, leher Nio sudah di suguhkan ujung
pedang.
Nio
kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya memerhatikan ujung pedang itu
tanpa melihat siapa yang menggunakannya. “Apa
aku akan mati disini?”
“Sepertinya
kau bukan teman mereka,” ucap seseorang yang menyuguhkan pedang itu di leher
Nio. “Terlihat dari perlakuanmu. Kamu menolong pengawal itu, kan?”
“I-Iyaa!”
Nio menjawab dengan terbata, namun semangat karena ingin terbukti bukan bagian
dari prajurit jahat itu.
Pedang
itu langsung di jauhkan dari leher Nio. Ia langsung mundur sedikit takut. Nio
melihat ke arahnya. Ternyata itu adalah seseorang yang bertudung tadi. Kenapa dia disini? Bukankah tadi ia sedang
bertarung dengan prajurit itu?
Nio
menoleh kepala sejenak melihat ke arah kereta kerajaan tersebut. Ternyata semua
prajurit itu sudah dikalahkan.
Oarng
yang bertudung itu membuka tudung kepala nya. “Terima kasih ya, sudah membantu
pengawal itu.” Sebuah wajah perempuan cantik dan manis sedang tersenyum ke arah
Nio.
Tak
disangka, ternyata orang bertudung itu adalah perempuan. Walaupun Nio tidak
terlalu yakin saat mendengar suaranya tadi. Tapi ternyata betulan ia adalah
perempuan.
“I-iya,”
jawab Nio masih terkagum.
“Yasudah,
aku harus segera pergi.” Perempuan itu memasukan pedangnya ke dalam sarungnya
dan menutup tudungnya kembali. Lalu pergi dengan cepat meninggalkan Nio dengan
si pengawal itu.
“K-kau..?”
ucap pengawal itu yang memecahkan ke kaguman Nio.
“Kenapa?”
“Apa
kau keturunannya Samuel?”
Mata
Nio membulat, ia terkejut. Kok dia tau
nama kakekku?
Ya,
nama Kakeknya Nio adalah Samuel. Kakeknya merupakan orang keturunan Inggris.
Kebetulan dan hebat sekali neneknya Nio bisa menikah dengan orang luar negeri.
“Aku
bisa melihatnya. Ada Samuel di dalam dirimu, Nak.” Pengawal itu terus
berbicara. Namun Nio masih diam karena bingung. Kenapa dia bisa tau kakek aku? Dimana sebenarnya tempat ini?
“Ah,
kau pasti bingung,” ucap pengawal itu lalu mengambil sebuah foto dari saku baju
dalamnya.
Ia
menunjukkan sebuah foto kepada Nio. Foto tiga orang pengawal yang sedang
tersenyum lebar. Sepertinya mereka seorang sahabat yang akrab sekali.
Semakin
Nio meneliti foto itu, ia melihat sesuatu yang aneh. Sesuatu yang ia tahu.
Sesuatu yang ia kenal.
“Samuel
berada di sebelah kanan, Nak.”
Nio
kembali tidak percaya, ia melihat kakeknya dalam foto itu. Kakeknya Nio memegang
sebuah pedang berwarna biru. Persisi seperti yang kakeknya tunjukkan tadi.
“Dia....”
Kini Nio membuka mulut. “Dia kakekku. Nama ku Nio, cucunya Samuel.”
Pengawal
itu terkekeh lalu menaikkan badannya agar duduk tegak menyender di pohon.
“Kenapa
kau datang kemari? Siapa yang membawamu kemari, Nak?”
Nio
tidak mengerti perkataan pengawal itu. “Maksudnya?”
“Kau
pasti berasal dari dunia yang sama dengan kakekmu, kan? Kalian berasal dari
dunia yang berbeda dengan dunia ini,” jelas pengawal itu.
Dugaan
Nio bahwa dirinya telah masuk ke dunia paralel terbukti dengan perkataan
pengawal itu. Ternyata dia tau tentang itu hanya dengan pernah berteman dengan
kakeknya Nio.
“I-iya….”
Jawab Nio.
“Nama
ku, Rubert. Kakekmu adalah pengawal kerajaan. Dan aku, sahabat baik dari kakekmu.”
“Karena
orang dari luar bisa datang ke dunia ini, maka pasti ada yang ingin meminta
bantuanmu. Jadilah kuat di dunia ini, agar kau bisa melindungi sesuatu. Saya menyarankan
agar kamu menjadi pengawal seperti kakek kamu. Namun itu terlalu berat untuk
kamu yang saat ini. Lagipula saya juga tidak tau apa kemauan hatimu. Pikirkanlah
kau mau menjadi apa di dunia ini.”
“Aku
pernah bermimpi, ada seorang perempuan berpakaian seperti putri kerajaan yang
menarikku lewat pintu dimana aku masuk ke dunia ini.” Nio mulai bercerita
tentang mimpi itu, karena ia merasa bahwa putri itu meminta pertolongannya.
“Itu
dia! temukan putri itu, dan lindungi! Jadilah seperti kakekmu yang melindungi
Ratu saat ini dari organisasi jahat itu. Saya yakin, kamu akan lebih hebat dari
kakekmu.”
“Kakek
ku dulu melindungi Ratu?” Tanya Nio penasaran.
“Iya,”
jawab Kakek Rubert cepat. Dari matanya, bisa terlihat dia mengenang sesuatu.
“Lalu,
apa yang dimaksud dengan organisasi jahat itu? Apakah itu organisasi yang
menyerang kakek tadi?”
Ruberts
menoleh ke arah teman-temannya yang sedang terluka disana, “Memang banyak
bandit yang mengincar keluarga kerajaan. Namun, mereka itu bukanlah organisasi
jahat yang kumaksud.”
“Lalu?”
“Apa
kau penasaran, Nio?”
“Sangat!”
“Bagus.
Tapi…”
“Kenapa,
Kek?”
“Akan
kuberitahu kau sejarahnya jika kau sudah menjadi petualang hebat. Datang lah ke
kota Dasos lalu cari bangunan yang bernama ‘Petualang’, dan daftarlah menjadi
petualang. Jika kau sudah menjadi petualang yang hebat, datanglah kembali
kepadaku untuk mengetahui sejarah yang asli.”
***