4. Pengawal VS Prajurit

 





Ada rasa takut bercampur dengan penasaran. Rumah apa ini? Nio pun mencoba menyusuri rumah ini dengan pelan-pelan. Dari yang ia lihat, rumah ini tidak ditinggali oleh seseorang, atau seseorang itu telah pergi lama dari rumah ini. Terlihat banyak debu yang menutupi lantai dan dinding rumah ini.

Sekarang Nio berdiri di depan pintu. Ia harap ini pintu menuju rumah kakeknya. Nio membukanya dengan penuh harapan. Namun lagi-lagi nihil. Terlihat kasur dan lemari di dalam pintu ini.

Nio kembali memutar badan menuju jendela. Ia membuka gorden jendela masih dengan harapan kembali ke rumah kakeknya. Namun lagi-lagi, dan lagi hasilnya tidak sesuai harapan. Pemandangan hutan dengan pohon yang menjulang tinggilah yang Nio dapatkan setelah membuka gorden jendela itu.

Nio segera keluar rumah dengan terburu-buru untuk melihat area di sekitar rumah. Ia punya satu kemungkinan tentang kejadian ini. Sebuah kemungkinan yang mustahil. Setelah melangkahkan kaki keluar dari rumah sejarak satu meter, Nio sungguh tidak percaya. Hutan yang masih asri, lebat dan sepertinya belum terjamah oleh pencemaran. Hutan dimana yang seperti ini? Sementara di tempat tinggalnya tidak ada hutan yang seperti ini. Kemungkinan yang ia pikir pun akhirnya menjawab semua kejadian ini.

“Apakah aku berada di dunia paralel?”

***

Setelah berjalan cukup jauh dari rumah tadi, Nio tiba di tebing. Ya, di belakang rumah tadi itu adalah gunung yang mungkin tidak jauh dari sini. Tebing ini tidak terlalu tinggi. Lebih tepatnya disebut sebagai bukit. di bawah sana, dapat terlihat beberapa bangunan seperti kota.

“Apa itu kota?” Tanya Nio pada diri sendiri.

Nio berniat ke kota itu, namun ia harus mencari jalan yang tidak berbahaya. “Pasti ada jalan di sekitar sini,” ucap Nio.

Tanpa lama, Nio menemukan jalan yang aman untuk dilewati. Tetapi secara bersamaan, ia melihat beberapa orang yang sedang berjalan dengan kereta kerajaan di tengah nya. Nio kembali ke semak-semak untuk menunggu rombongan itu lewat.

Dari pakaiannya, itu terlihat seperti prajurit pengawal. Mungkin mereka sedang mengawal Raja yang ada di kereta itu? Entah lah. Rombongan itu lewat tanpa menyadari keberadaan Nio.

“ARRGGHH!!”

Nio terkejut mendengar suara teriakan itu. Apa itu? Sepertinya berasal dari rombongan yang tadi. Dengan cepat, Nio mengintip kembali ke rombongan itu. Dan benar saja. Ia tambah terkejut melihat itu. Seorang pengawal yang paling belakang sudah terkapar di jalanan dengan darah di sekelilingnya. Para pengawal yang lain langsung berjaga di sekeliling kereta kerajaan itu dengan cepat.

Tak lama, ada sekelompok orang yang datang secara tiba-tiba mengepung para pengawal itu. Mereka semua terkepung. Kelompok itu terlihat seperti prajurit. Namun entah prajurit apa. Mereka semua mulai bertarung dengan senjata masing-masing. Pemandangan yang sangat baru di mata Nio. Aku melihat banyak orang yang tertebas pedang di badannya. Darah muncrat dan mengalir dimana-mana. Beberapa pengawal terlihat tumbang dan sudah tidak bernyawa.

Walaupun sedikit jauh dari tempat Nio, pemuda itu mematung di semak-semak. Rasa takut dan ngeri berada di semua tubuhnya. Ia tidak bisa bergerak dan hanya menyaksikan kekalahan pengawal itu.

Suara adu senjata masih terjadi. Nio melihat seseorang yang sepertinya bukan dari kedua pasukan itu muncul dari arah seberang jalan. Seseorang bertudung itu mulai menyerang prajurit yang menyerang pengawal tadi. Satu persatu prajurit itu mulai tumbang di tebas oleh orang itu.

Salah satu pengawal yang sedang bertarung dibuat mental oleh prajurit itu. Pengawal itu di tendang dengan sekuat tenaga sampai akhirnya ia terjatuh tepat ke arah Nio.

Mau tidak mau, Nio langsung keluar dari semak-semak dan menolong pengawal itu. Ia segera menyandarkannya di balik pohon.

“Bertahan, Pak!”

Pengawal itu mendapat luka tebasan di tangan kanannya. Cukup dalam lukanya. Dengan keberanian yang Nio miliki, ia membantu pengawal itu melepaskan zirah; bajunya ia pergunakan untuk mengikat luka itu agar pendarahannya terhenti.

“K-kau..?” ucap pengawal itu sambil menatap lekat ke arah Nio.

“Kena—” belum sempat membalas ucapan pengawal itu, leher Nio sudah di suguhkan ujung pedang.

Nio kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya memerhatikan ujung pedang itu tanpa melihat siapa yang menggunakannya. “Apa aku akan mati disini?”

“Sepertinya kau bukan teman mereka,” ucap seseorang yang menyuguhkan pedang itu di leher Nio. “Terlihat dari perlakuanmu. Kamu menolong pengawal itu, kan?”

“I-Iyaa!” Nio menjawab dengan terbata, namun semangat karena ingin terbukti bukan bagian dari prajurit jahat itu.

Pedang itu langsung di jauhkan dari leher Nio. Ia langsung mundur sedikit takut. Nio melihat ke arahnya. Ternyata itu adalah seseorang yang bertudung tadi. Kenapa dia disini? Bukankah tadi ia sedang bertarung dengan prajurit itu?

Nio menoleh kepala sejenak melihat ke arah kereta kerajaan tersebut. Ternyata semua prajurit itu sudah dikalahkan.

Oarng yang bertudung itu membuka tudung kepala nya. “Terima kasih ya, sudah membantu pengawal itu.” Sebuah wajah perempuan cantik dan manis sedang tersenyum ke arah Nio.

Tak disangka, ternyata orang bertudung itu adalah perempuan. Walaupun Nio tidak terlalu yakin saat mendengar suaranya tadi. Tapi ternyata betulan ia adalah perempuan.

“I-iya,” jawab Nio masih terkagum.

“Yasudah, aku harus segera pergi.” Perempuan itu memasukan pedangnya ke dalam sarungnya dan menutup tudungnya kembali. Lalu pergi dengan cepat meninggalkan Nio dengan si pengawal itu.

“K-kau..?” ucap pengawal itu yang memecahkan ke kaguman Nio.

“Kenapa?”

“Apa kau keturunannya Samuel?”

Mata Nio membulat, ia terkejut. Kok dia tau nama kakekku?

Ya, nama Kakeknya Nio adalah Samuel. Kakeknya merupakan orang keturunan Inggris. Kebetulan dan hebat sekali neneknya Nio bisa menikah dengan orang luar negeri.

“Aku bisa melihatnya. Ada Samuel di dalam dirimu, Nak.” Pengawal itu terus berbicara. Namun Nio masih diam karena bingung. Kenapa dia bisa tau kakek aku? Dimana sebenarnya tempat ini?

“Ah, kau pasti bingung,” ucap pengawal itu lalu mengambil sebuah foto dari saku baju dalamnya.

Ia menunjukkan sebuah foto kepada Nio. Foto tiga orang pengawal yang sedang tersenyum lebar. Sepertinya mereka seorang sahabat yang akrab sekali.

Semakin Nio meneliti foto itu, ia melihat sesuatu yang aneh. Sesuatu yang ia tahu. Sesuatu yang ia kenal.

“Samuel berada di sebelah kanan, Nak.”

Nio kembali tidak percaya, ia melihat kakeknya dalam foto itu. Kakeknya Nio memegang sebuah pedang berwarna biru. Persisi seperti yang kakeknya tunjukkan  tadi.

“Dia....” Kini Nio membuka mulut. “Dia kakekku. Nama ku Nio, cucunya Samuel.”

Pengawal itu terkekeh lalu menaikkan badannya agar duduk tegak menyender di pohon.

“Kenapa kau datang kemari? Siapa yang membawamu kemari, Nak?”

Nio tidak mengerti perkataan pengawal itu. “Maksudnya?”

“Kau pasti berasal dari dunia yang sama dengan kakekmu, kan? Kalian berasal dari dunia yang berbeda dengan dunia ini,” jelas pengawal itu.

Dugaan Nio bahwa dirinya telah masuk ke dunia paralel terbukti dengan perkataan pengawal itu. Ternyata dia tau tentang itu hanya dengan pernah berteman dengan kakeknya Nio.

“I-iya….” Jawab Nio.

“Nama ku, Rubert. Kakekmu adalah pengawal kerajaan. Dan aku, sahabat baik dari kakekmu.”

“Karena orang dari luar bisa datang ke dunia ini, maka pasti ada yang ingin meminta bantuanmu. Jadilah kuat di dunia ini, agar kau bisa melindungi sesuatu. Saya menyarankan agar kamu menjadi pengawal seperti kakek kamu. Namun itu terlalu berat untuk kamu yang saat ini. Lagipula saya juga tidak tau apa kemauan hatimu. Pikirkanlah kau mau menjadi apa di dunia ini.”

“Aku pernah bermimpi, ada seorang perempuan berpakaian seperti putri kerajaan yang menarikku lewat pintu dimana aku masuk ke dunia ini.” Nio mulai bercerita tentang mimpi itu, karena ia merasa bahwa putri itu meminta pertolongannya.

“Itu dia! temukan putri itu, dan lindungi! Jadilah seperti kakekmu yang melindungi Ratu saat ini dari organisasi jahat itu. Saya yakin, kamu akan lebih hebat dari kakekmu.”

“Kakek ku dulu melindungi Ratu?” Tanya Nio penasaran.

“Iya,” jawab Kakek Rubert cepat. Dari matanya, bisa terlihat dia mengenang sesuatu.

“Lalu, apa yang dimaksud dengan organisasi jahat itu? Apakah itu organisasi yang menyerang kakek tadi?”

Ruberts menoleh ke arah teman-temannya yang sedang terluka disana, “Memang banyak bandit yang mengincar keluarga kerajaan. Namun, mereka itu bukanlah organisasi jahat yang kumaksud.”

“Lalu?”

“Apa kau penasaran, Nio?”

“Sangat!”

“Bagus. Tapi…”

“Kenapa, Kek?”

“Akan kuberitahu kau sejarahnya jika kau sudah menjadi petualang hebat. Datang lah ke kota Dasos lalu cari bangunan yang bernama ‘Petualang’, dan daftarlah menjadi petualang. Jika kau sudah menjadi petualang yang hebat, datanglah kembali kepadaku untuk mengetahui sejarah yang asli.”

***


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama